Sobat Al-Hasra, dan Ayah Bunda yang kami hormati. Dalam setiap proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), kami dari Tim PPDB dan seluruh keluarga besar Al-Hasra berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik, transparan, dan sistematis. Tapi akhir-akhir ini, muncul satu pola yang mungkin perlu kita cermati bersama — tentang sikap orang tua dalam mengambil keputusan pendidikan anak.
Tidak sedikit orang tua yang menjadikan sekolah swasta seperti Al-Hasra sebagai "cadangan". Ketika pilihan pertama — entah negeri, entah favorit — tidak berhasil, barulah Al-Hasra dilirik. Tapi anehnya, ketika datang ke Al-Hasra pun, aturan kami tak diikuti, alurnya dilangkahi, bahkan kami yang justru disalahkan. Padahal, jika kita mau jujur, pendidikan bukan perkara "asal sekolah mana yang terima", tapi tentang arah hidup anak ke depan.
Apakah benar sudah mengenal minat dan potensi anak sejak awal? Apakah keputusan sekolah adalah hasil diskusi bersama atau hanya pilihan orang tua semata? Dan apakah kita sedang mendidik anak untuk teguh dalam pilihan, atau malah bingung karena orang tuanya sendiri tak konsisten?
Penting sekali bagi orang tua untuk mengajarkan keberanian memilih, dan menerima konsekuensinya. Jika memang ingin masuk sekolah negeri, dampingi dari awal. Jika Al-Hasra yang jadi pilihan, mari jalani proses PPDB-nya dengan penuh komitmen, bukan sekadar cadangan, apalagi pelarian. Sebab kalau dari awal saja orang tua menunjukkan sikap setengah hati, maka anak pun akan tumbuh tanpa arah. Mereka akan bingung menentukan masa depan karena terbiasa hidup dalam "nanti aja", "kalau nggak bisa, baru cari yang lain", dan "ikut orang tua saja". Padahal dunia hari ini butuh anak-anak yang punya pendirian, bukan hanya bisa ikut perintah.
Kami bukan sekadar menerima siswa. Kami membimbing, menemani, dan membentuk karakter. Maka dari itu, kami sangat menghargai siswa dan orang tua yang datang dengan penuh keyakinan, bukan sekadar karena “tidak diterima di tempat lain”. Kita tidak bisa membentuk generasi hebat kalau dari awal saja tujuannya tidak jelas dan komitmennya longgar. Yakinlah, ketika anak dan orang tua datang dengan satu suara dan satu tekad, hasilnya pun akan jauh lebih baik daripada sekadar ikut-ikutan sistem tanpa tahu arah.
Bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Tapi ini tentang bagaimana kita, sebagai orang dewasa, memberikan contoh keputusan yang bijak dan konsisten pada anak. Sebab masa depan mereka bukan ditentukan oleh yang paling mudah atau paling populer, tapi oleh pilihan yang sungguh-sungguh.
Terima kasih kepada Ayah Bunda yang selalu terbuka dan bijak dalam memutuskan yang terbaik untuk buah hatinya. Mari terus menjadi partner terbaik dalam pendidikan mereka — sejak hari pertama.
“Jangan tanamkan pada anak bahwa hidup adalah soal cadangan. Ajari mereka untuk yakin dengan pilihan, dan bertanggung jawab atas prosesnya.”