Sobat Al-Hasra, MinRa pernah dengar satu pepatah bijak: “It takes a village to raise a child.” Artinya, membesarkan dan mendidik seorang anak bukan hanya tugas satu pihak, melainkan kerja sama seluruh lingkungan, termasuk guru dan orang tua. Dalam kehidupan sekolah, dua peran ini, guru dan orang tua, seringkali dipandang terpisah. Padahal, jika berjalan beriringan, dampaknya bisa sangat luar biasa bagi pertumbuhan anak. 

Di ruang kelas, guru bukan hanya penyampai materi. Mereka juga menjadi pendengar yang baik, pembimbing nilai, dan pengarah karakter. Tapi setelah bel masuk usai dan jam pelajaran selesai, peran itu dilanjutkan oleh orang tua di rumah. Di sinilah sinergi dibutuhkan. Bayangkan jika pesan moral dari guru disambung oleh arahan orang tua, anak-anak akan tumbuh dengan pondasi yang lebih kuat. 

Sayangnya, kadang terjadi kesalahpahaman. Misalnya, saat siswa mendapatkan teguran dari guru, tidak jarang orang tua langsung bereaksi tanpa mengetahui konteks. Atau sebaliknya, guru menilai anak hanya dari prestasi akademik, tanpa memahami latar belakang keluarga yang mungkin sedang menghadapi tantangan. Padahal, jika komunikasi dua arah dijalin dengan terbuka, akan tercipta pemahaman yang utuh demi kebaikan anak. 

Sobat Al-Hasra, MinRa percaya bahwa setiap anak punya potensi, dan potensi itu akan tumbuh subur jika dipupuk bersama. Guru dan orang tua bukan dua pihak yang saling menuntut, tapi mitra dalam mendidik. Di sinilah pentingnya saling menguatkan, bukan menyalahkan. 

Sebagai siswa, MinRa juga mengajak kalian untuk lebih menghargai peran keduanya. Kadang kita lupa betapa berat tanggung jawab guru dan orang tua. Padahal, mereka sama-sama punya satu tujuan: masa depan kalian. 

Jadi, yuk kita mulai dari hal sederhana, saling percaya. Orang tua percaya pada guru, guru menghargai peran orang tua, dan siswa menghargai keduanya. Karena pendidikan yang berhasil bukan hanya soal nilai di rapor, tapi juga kerja sama yang ikhlas dari hati ke hati.